20/06/14

Kunci Sukses Berbisnis/Berdagang ala Rasulullah SAW



9 dari 10 pintu rezeki ada dalam berdagang

Sudahkah anda berbisnis hari ini? :)
Ya, pekerjaan adalah suatu pilihan. Apakah ingin menjadi PNS atau pengusaha juga sebuah pilihan. Semua kembali ke pribadi masing- masing.

Namun jika menilik kalimat 9 dari 10 pintu rezeki ada dalam berdagang, maka bukantah sebaiknya kita mencoba melakoni profesi sebagai pedagang atau pengusaha saja? Jika sekarang ini anda adalah pengusaha/pedagang, maka saya ucapkan Selamat. Tapi kalau anda sekarang sudah jadi PNS, nggak ada salahnya juga lho untuk mencoba berdagang*ngomporin PNS* :D

Nah, dalam berdagang pun ada seni di dalamnya. Bagaimana menjadi pedagang yang jujur, adil, pun ada trik atau kuncinya. Dan ada seseorang (yang amat mulia) yang telah memberikan kita kunci sukses dalam berbisnis. Siapa lagi pedagang yang patut kita jadikan contoh? Siapa lagi pedagang yang  memiliki kiat yang tidak hanya menyukseskan penjual tapi juga memuliakan pembeli?

Dialah Rasulullah SAW

Seperti yang telah kita ketahui, Rasulullah adalah sesosok manusia yang komplit. Selain sebagai seorang nabi dan rasul, beliau juga adalah seorang kepala negara yang baik, panglima perang yang kuat dan tangguh, serta seorang entrepreneur yang yang sukses dan disegani.

Permasalahan yang pernah dihadapi oleh Muhammad SAW saat itu sebenarnya sama dengan permasalahan yang sering dihadapi pengusaha- pengusaha di jaman sekarang. Ialah Keterbatasan Modal. Rasulullah pun pernah mengalaminya.

Akan tetapi berdagang adalah seni. Modal sebenarnya ialah jujur dan adil dalam menjalani transaksi. Kejujuran dan keadilan yang bisa kita contoh dari beliau, insyAlloh tak hanya membuat kita untung besar tapi juga menggapai kebarokahan rezeki dari Alloh SWT. “Yang menjadi number one capital dalam bisnis ala Rasulullah adalah kepercayaan (trust) dan kompetensi,” kata pakar ekonomi syariah, Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec.

1. Jujur
Muhammad SAW memiliki sebuah gelar yakni Al- Amin (yang dapat dipercaya). Gelar tersebut bukan hanya menjadi sebuah gelar biasa. Sifat Al- Amin menjadi sifat Rasulullah yang paten dan tercermin dalam kesehariannya, begitu pula dalam hal berdagang.

Ketika beliau menjadi agen Khadijah ra (yang lalu kelak menjadi istrinya), beliau sangat jujur. Pun begitu juga kepada pelanggannya. Beliau menjelaskan keunggulan serta kekurangan dari produk yang dimiliki. Kejujuran menjadi brand dari Rasulullah. 

Bagi Rasulullah, meski mendapat keuntuntungan besar tapi tak jujur, maka perlahan tapi pasti kegagalan akan menghampiri. Rasulullah sangat memperhatikan aspek kejujuran dalam berdagang. Sampai- sampai orang yang jujur dalam berdagang digaransi masuk dalam golongan nabi. 

Abu Sa’id meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata, “Saudagar yang jujur dan dapat dipercaya akan dimasukkan dalam golongan para nabi, orang-orang jujur dan para syuhada.”

Begitulah seharusnya kita sebagai pedagang. Apalagi di era keterbukaan kini. Praktek-praktek perdagangan yang mengandung unsur penipuan, riba, judi, ketidakpastian dan meragukan, eksploitasi, pengambilan untung yang berlebihan dan pasar gelap benar- benar sedang merajalela. Begitu banyak tantangan yang kita hadapi kini. Untuk menghadapinya dan agar tak terjerumus dalam perdagangan yang curang, sudah seharusnya kita mencontoh pribadi Rasulullah dalam menjalankan suatu usaha.

Di sekitar kita masih banyak pedagang (semoga bukan termasuk kita) yang tidak jujur dalam menyampaikan produk yang di jual. Barang KW dibilang bagus, barang dipreteli dulu sebelum dijual (diambil bagian yang bagus untuk ditukar dengan yang lebih jelek), barang dioplos dengan yang kualitasnya rendah, dan sebagainya. Mereka (yang curang) seolah tidak peduli dengan kerugian yang nantinya menimpa pembeli.

Hal- hal curang tersebut yang akan mengurangi kebarokahan rizki penjual. Padahal kejujuran dan keterbukaan Rasulullah dalam transaksi perdagangan sudah seharusnya menjadi teladan bagi para pengusaha. Kejujuran dan keterbukaan menjadi modal utama dan terbesar agar sukses berbisnis seperti Rasulullah.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda
من غشنا فليس منا
“Barang siapa yang mencurangi kami, bukan dari pengikut kami” (HR. Muslim)

2. Bersikap baik kepada pembeli
Rasulullah sangat baik kepada pembeli. Benar kata pepatah bahwa pembeli adalah raja. Rasulullah benar- benar melayani pembeli dengan baik dan sepenuh hati. Beliau sampai tak rela jika pembeli sampai dirugikan karena ulah penjual.

Jabir meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata, “Rahmat Alloh atas orang-orang yang berbaik hati ketika ia menjual dan membeli, dan ketika dia membuat keputusan.” (HR Bukhari).

Bersikap baik kepada pembeli merupakan suatu sikap yang mulia. Jangan sampai pedagang sampai menyakiti hati bahkan sampai mendzalimi pembeli. Nggak mau kan didoakan yang nggak- nggak sama pembeli yang kecewa. Naudzubillah..

Bersikap baik kepada pembeli meliputi memberikan pelayanan yang baik, memberikan produk yang sesuai dengan yang ditawarkan ke pembeli, serta hindari bersumpah palsu dalam menjual barang serta untuk membela diri jika ada masalah dengan pembeli.

Seperti contoh berikut ini:
"Sumpah demi anak dan istri saya, saya ini jualan jujur lho Mas/Mba. Barang ini memang bagus... bla bla bla..."
"Sumpah demi keluarga saya, saya tuh selalu baik kepada pelanggan. Jika pelanggan baik maka saya akan 1000 kali lebih baik..."

Hindari bersumpah seperti hal di atas. Apalagi jika sumpahnya sumpah palsu hanya untuk menarik atau menyelesaikan masalah dengan pelanggan. Pelanggan yang cerdas tentu melihat kalimat di atas seperti laiknya kalimat alay dan nampak penuh kebohongan. Sekali lagi hindari bersumpah palsu demi mengelabuhi konsumen.

Tentang hal ini, nasehat Rasulullah, “Hindarilah banyak bersumpah ketika melakukan transaksi dagang, sebab itu dapat menghasilkan penjualan yang cepat, lalu menghapuskan berkah.” Nabi sangat membenci orang-orang yang dalam dagangnya menggunakan sumpah palsu. Beliau mengatakan, pada hari kiamat nanti, Allah tidak akan berbicara, melihatpun tidak kepada orang yang semasa hidup berdagang dengan menggunakan sumpah palsu.
 

3. Memenuhi hak pembeli
Rasulullah selalu memenuhi hak pembeli. Beliau selalu memberikan produk pada pembeli sesuai dengan apa yang beliau tawarkan. Barang bagus/buruk ya dikatakan apa adanya dan dijual sesuai kualitas barang tersebut. Hal tersebut dilakukan agar tercapai kepuasan pelanggan dan agar tidak mengecewakan pelanggan.

Pemberian barang sesuai waktu yang telah disepakati juga menjadi salah satu hal dalam pemenuhan hak pembeli. Jangan sampai pembeli merasa dikecewakan karena barang berlarut- larut tak diserahkan kepadanya. Apalagi jika pembeli sudah membayar lunas tapi barang yang ia beli tak kunjung sampai kepadanya. Bisa jadi pembeli lalu kapok dan tak mau lagi membeli/berlangganan kembali.

Prof. Afzalul Rahman dalam buku Muhammad A Trader, mengungkapkan :
Nabi Muhammad SAW adalah seorang pedagang yang jujur dan adil (fairplay) dalam membuat perjanjian bisnis dan tidak pernah membuat para pelanggannya mengeluh (komplain). Beliau selalu menepati janjinya dan dalam menyerahkan/mengirimkan barang-barang pesanannya selalu tepat waktu dan tetap mengutamakan kualitas barang yang telah dipesan dan disepakati sebelumnya. Dalam berperilaku bisnis Beliau selalu menunjukkan rasa penuh tanggung jawab dan memiliki integritas yang tinggi di mata siapapun. Reputasi beliau sebagai seorang pedagang yang jujur dan adil telah dikenal luas sejak beliau masih muda.
 
 
Begitulah beberapa hal yang Rasulullah tinggalkan kepada kita para ummatnya dalam hal berdagang/berbisnis. Sudah seharusnya kunci yang beliau tinggalkan bukan hanya menjadi sebuah kenang- kenangan belaka atau malah terlupakan. Sudah seharusnya kunci tersebut kita gunakan sebagai pegangan dalam berdagang.
 
Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh semua pedagang, tentu tak ada kisah cyber crime, pedagang membawa lari uang pembeli, pembeli kecewa dan kapok membeli lagi, praktik curang di berbagai pelosok negeri, dan sebagainya.
 
Semoga kita senantiasa berpegang pada apa yang dicontohkan Rasulullah. Dan semoga Alloh senantiasa menunjukkan jalan yang benar bagi kita para pedagang/pengusaha/pebisnis. Aamiin.. :)


Continue reading...

Di Antara Sifat- Sifat Buruk Manusia: Jangan Sampai Kita Terlena




Sering mengeluh
Ingin pamer
Sok tahu
Merasa benar sendiri
Tak mau mengalah dan nggak mau kalah
Senang akan hal yang bersifat keduniawian (harta,dll)
Nggak suka kalau orang lain beroleh suatu kesenangan
Sulit berbagi dengan orang lain (alias pelit)

Ahh, begitulah tabiat manusia.
Dari kita semua pasti punya salah satu, dua, atau beberapa sifat di atas.
Akan tetapi, sejauh manakah kita mampu untuk menghilangkannya?
Kita harus mampu untuk mereduksi sifat buruk tersebut.
Kontrol dan mulailah untuk dihilangkan.
Asal disiplin, sedikit- sedikit lalu lama- lama kita akan terbiasa dengan sifat dan sikap yang lebih baik. :)
Jangan sampai, ketika melihat orang lain mendapat nikmat yang sama atau lebih baik dari kita, lalu diri kita menjadi panas. Merasa tersaingi. Dan tak mau kalah. Bahkan sampai hati malah mencari celah keburukan/ cacat dari kesenangan itu. Lalu kita sampaikan kejelekannya ke orang tersebut, demi menurunkan rasa senangnya.

Jangan sampai, ketika orang lain mendapat suatu kesenangan, bukannya kalimat selamat/turut berbahagia yang kita ucapkan pada mereka. Malah kalimat ejekan/hinaan atau sikap meremehkan yang kita perlihatkan. Atau prasangka buruk yang kita kedepankan. Jangan sampai.

Jangan sampai, kita merasa menjadi orang yang paling benar diantara yang lainnya. Pendapat orang lain kita tampik. Ide orang lain kita tolak. Jangan sampai diri ini diberi label "si anu yang keras kepala", "si yang sulit diberi masukan", atau "si.. si.. yang lainnya".

Jangan sampai, kita menjadi orang yang perhitungan sekali kepada orang lain. Kikir, pelit, bakhil, memegang harta terlalu erat dalam genggaman, atau apapun itu namanya. Mengapa kita sukar berbagi dengan orang lain? Mana yang lebih kita pilih dan kejar, harta atau pahala?

Jangan sampai, harta kita jadikan satu- satunya (hal utama) tolak ukur keberhasilan suatu kehidupan. Suka melihat siapa- siapa saja yang berhasil dalam hal keduniawian. Suka sekali bercerita tentang harta, harta, dan harta. Orang lain yang tiada berharta atau berada di bawah diri kita status ke-"harta"-annya, maka kita anggap ia gagal. Bahkan lebih parah, lalu kita remehkan dan tertawakan mereka. Naudzubillah...

Jangan sampai, kita mendongak terus ke atas tanpa sedikitpun melihat ke bawah. Mengapa enggan untuk melihat orang- orang yang nasibnya tak seberuntung kita? Dengan melihat ke bawah, mengajarkan kita untuk lebih bersyukur dan lebih arif memaknai hidup.

Aih jangan sampai, ketika kita melakukan sesuatu, inginnya dilihat orang lain. Kita bangga jika tampak wah dan serba lebih (bahkan terkadang sampai berlebihan dan cenderung dipaksakan. Ingin sekali pamer kepada orang lain, tapi akhirnya "dedel duel" karena terlampau berlebihan. Mengapa kita ingin sekali terlihat lebih di mata manusia? Paling baik jika kita berlomba- lomba untuk terlihat baik di hadapan Tuhan.

Dan jangan sampai, semua tabiat buruk di atas, ada semua dalam diri kita. Jangan sampai. Ahh, jangan sampai satu atau dua sifat tersebut kita pelihara terus menerus sampai nanti. Apalagi jika semua tabiat itu ada di dalam diri.

Jangan sampai orang lain yang justru lebih tahu dan paham akan sifat buruk yang ada pada diri kita. Jangan sampai orang lain terugikan karena tabiat buruk kita. Jangan sampai.

Semoga saya, anda, dan sahabat semua terhindar dari sifat buruk di atas. Jikalau ada, maka jangan dipelihara. Buang semua sifat/tabiat buruk, dan gantilah dengan menebar kebaikan.
Salam syuupeerr... ^_^


Continue reading...
 

Delicious Cupcakes Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template In collaboration with fifa
and web hosting