Ketika saya mendengar bahwa pelaksanaan pemilu di Hongkong rusuh, saya langsung kaget. Saya cari berita- berita terkait. Saya sempat khawatir sekali dan heran. Kok bisa- bisanya rusuh. Akhirnya nemu berita yang diberitakan langsung dari salah satu petugas KPPSLN setempat.
Bismillahirohmanirohim
Tidak ada niat untuk mencari
pembenar atau mencari kesalahan orang lain ketika saya menuliskan
catatan ini. Anggap saja ini sebagai curahan hati saya sebagai salah
satu petugas KPPSLN di Hong Kong.
Semenjak pukul 07.00
waktu Hong Kong panitia sudah berkumpul di Lapangan Rumput Victoria Park
sebagai tempat perhelatan akbar PILPRES kali ini. Cuaca yang sangat
ekstrem kali ini sudah menjadi tantangan bagi kami semua, panas dan
pengap lagi puasa pula, sungguh menjadi tantangan bagi umat muslim yang
sedang menjalankan puasa di bulan suci Ramadhan kali ini. Kurang lebih
pukul 08.30 TPS telah selesai di tata dan siap, seluruh petugaspun
kembali ke TPS masing-masing dan dalam keadaan yang sudah basah kuyup,
sekali lagi basah kuyup mandi keringat. Petugaspun berkumpul dan mulai
disumpah serta berdoa sebelum menjalankan tugas. Sejurus kemudian saya
menengok ke arah selatan dimana terletak pintu utama/ gerbang
wow... sudah ratusan yang antri. Kamipun sesama petugas saling berbisik siap-siap ya ... pemilih akan lebih banyak dari pemilu legislatif kemaren.
Jam
9.00 kami sudah kebanjiran para pemilih dan itu berlangsung tanpa jeda
sedikitpun hingga pukul 17.30. TPS kami melayani hampir 1800 pemilih.
Bila dalam pemilu legislatif lalu satu TPS hanya berkisar 400-600
pemilih, kali ini setiap TPS rata-rata 1400- 1800 pemilih dengan jumlah
petugas 7 orang di setiap TPS. Ada 13 TPS di HK dan 2 TPS di Macau.
Mbak,
Mas, Ibu, Bapak... ketika anda semua mengeluhkan kepanasan kamipun sama
kepanasan semenjak anda semua belum antri. Ketika mbak-mbak marah-marah
mengatai kami tidak becus dan hanya duduk di dalam TPS, kami tidak
hanya duduk. Dua orang (ketua TPS dan satu anggota) menulis pada setiap
kertas suara yang akan pemilih gunakan, menandatanginya dan menyerahkan
ke tangan anda semua. Tangan-tangan merekapun protes sebenarnya, ketika
letih dan keju menyerang nulisin kertas suara 1800 tanpa henti, tapi
kembali sadar bahwa kami harus melayani, memastikan bahwa semua harus
berjalan dengan baik.Sebelumnya dua orang yang anda anggap duduk saja di
ujung pintu masuk, mengecek data anda, memastikan benar dan suara anda
tidak tertukar atau telah disalah gunakan. Sebab di ujung bilik suara
sana ada 2 saksi dan satu orang panwaslu yang juga memastikan kerja kami
harus benar dan clean.
Ketika kami memilih tidak duduk
diam di dekat bilik suara, bertugas berbicara tiada henti menjelaskan
kepada anda semua bagaimana cara mencoblos yang benar, memastikan kertas
suara tidak cacat, mengingatkan dan memastikan bahwa anda tidak boleh
membawa camera, HP serta tas anda ke dalam bilik suara. Sebab di ujung
bilik suara ada 2 saksi yang juga mengawasi kerja kami, yang sering juga
dengan sering berkata-kata pedas ketika mata kami meleng sedikit
kemudian ada salah seorang pemilih tasnya ikut kebawa masuk, Tapi
kembali kami harus menyadari semua menjalankan tugas masing-masing dan
ingin memastikan bahwa semua harus berjalan lancar dan baik. Kadang
dengan santainyapun pemilih tersebut juga berkata " Ribet amat sih, ntar
kalau barangku hilang piye? kamu mau tanggung jawab!" Demi Allah dada
saya berdesir ingin menangis ketika menjawab "Iya Mbak, kami akan jaga
kok" hampir 1500 kali menjawab dan mengeluarkan suara kami. Tapi kamipun
sungguh sadar dan terus berusaha mengerti bahwa anda semua juga telah
antri, berdiri kepanasan berjam-jam. Untuk ketidaknyamanan dan
kekurangan pelayanan kami, saya sebagai salah satu petugas mohon maaf.
Di
tenda besar tengah sana, tak henti-hentinya petugas mengingatkan agar
teman-teman tetap menjaga kesehatan, tetap tertib dan dan berbagi
payung, sebab mendadak jam 10.00 turun hujan, sungguh cuaca sangat
ekstrem. Kami di TPS juga kalang kabut, menyelamatkan kertas suara,
komputer yang basah, bilik suara yang mendadak kebanjiran bahkan di TPS
13 sempat ambruk karena angin sangat kencang. Akibatnya sedikit ricuh,
antrian semakin mengular, komputer ada yang Hang. Berkali-kali kami
harus berkoordinasi memanggil Pak Didi, Pak Fajar, Pak Bukit untuk
membuka password komputer yang mendadak eror atau macet. Dan
beliau-beliau datang dengan sigap dengan keadaan basah setelah
berhujan-hujan. Ya Allah, saya masih beruntung bisa berteduh dibawah
tenda.
Pukul 16.00, semakin sering petugas melalui
pengeras suara mengingatkan bahwa TPS akan di tutup jam 17.00, berharap
agar teman-teman segera datang dan antri. Hong Kong adalah negara yang
super ketat, mungkin tidak banyak yang tahu ketika kami sering di
datangi petugas Victoria park, Polisi dan security yang
daoso atau
warning.
Memperingatkan bahwa pengeras suara kita terlalu keras dan menurut
aturan Hong Kong itu tidak di perbolehkan. Bahwa arah speaker sound
system itu tidak boleh mengarah ke pemukiman, harus mengarah ke arah
laut. Seberapa sering pihak HK terus mengawasi memastikan bahwa tidak
ada keributan, mengingatkan bahwa waktu ijin bagi KJRI hanya sampai jam
17.00. Ah.. saya rasa semua kawan-kawan di HK sudah mahfum seberapa
cerewetnya dan ketat orang Hong Kong tentang peraturan/perijinan.
16.
30 semua proses dipermudah untuk memberi kesempatan kepada semua
pemilih, dan kami memasukkan ke DPT ( Daftar pemilih tambahan) semua
yang hanya menggunakan KTP, Paspor Indonesia kami terima. Tentu saja
kami tidak mengabaikan bahwa tetap harus jeli memeriksa jari dan ID yang
digunakan memperhatikan wajah mereka sesuai atau tidak dengan fotonya.
17.03
setelah tak henti-hentinya ketua PPLN Pak Sam Aryadi mengumumkan
,mengingatkan bahwa gerbang akan ditutup akhirnya ditutuplah gerbang
tersebut. Akan tetapi kami masih melayani para pemilih yang sudah masuk
dalam area hingga kurang lebih pukul 17.20 menit, jadi TPS benar-benar
tutup sekitar 17.30 an. Barulah kami semua mempersiapkan semua
administrasi laporan. Saya yakin dengan yakin-yakinnya bahwa pada pukul
17.03 itu sudah tidak ada antrian di gerbang utama, semua sudah masuk
dalam area dalam. Sebab posisi duduk saya adalah menghadap ke gerbang
selatan.Ketika kami sedang berberes menyelesaikan laporan itulah datang
dari arah timur segerombolan mbak-mbak yang mengacung-acungkan tangan,
jumlahnya sekitar 50-70an orang awalnya.
Saya segera
berlari ke Pak Sam dan Pak fajar yang ada di TPS 10 bertanya siapa itu
dan ada apa, kami semuapun terkejut dan saling pandang, ada apakah ini?
Bukankah tadi sudah hening, sudah aman dan tidak ada orang. Jeda
peristiwa ini kurang lebih 30 menit setelah TPS ditutup. Semakin lama,
semakin banyak yang berdatangan dengan meneriakkan yel-yel capres
tertentu. Jumlahnya saya yakini tidak seperti di berita-berita sampai
ribuan, awalnya hanya beberapa puluh dan kemudian semakin banyak sekitar
100- 200 an orang. Sungguh kami hanya bisa saling pandang ketika dengan
mereka semakin banyak yang datang dari berbagai arah, seperti ada yang
menggerakkan. Sayapun berusaha mendekat, dan inilah sekarang menjadi
salah satu penyesalan saya. Saya tidak membawa camera saat itu, ketika
mereka berteriak-teriak meminta pagar dibuka dan berteriak ingin nyoblos
sembari meneriakkan nama salah satu capres, banyak juga diantara
tangan-tangan mereka sudah yang berwarna alias bertinta. Saya pun
menebah dada, Ya Allah, sudah demikian gampangkah teman-temanku
terprovokasi? sudah sedemikian hebatnyakah aksi untuk memecah belah ini?
Saya
semakin dibuat melongo ketika bertemu salah seorang kontributor media
HK yang kebetulan adalah teman saya pula, Mbak Wijiati Supari. Beliau
menyampaikan bahwa beliau menyaksikan bahwa ada seorang lelaki di luar
sana yang sepertinya menggerakkan ini dan kemudian dia menghilang begitu
saja ketika massa sudah tidak terkendali. Sayang ketika kami berusaha
mencari jejak foto orang yang dimaksud di kamera Mbak Wiji, kami belum
berhasil menemukannya. Kemudian kami berdua mencoba mendatangi Bu Helena
(Konsul Sosbud KJRi HK) mencoba bertanya dan beliaupun sama bingungnya,
mengapa mendadak bisa begini. Hal ini menguatkan pemikiran saya bahwa
ada pihak-pihak yang tidak menginginkan PEMILU di HK ini damai, sebagai
mana berbulan-bulan ini kita dibuai dengan segala macam berita hoak dan
black campaign. Begitu mudahnya kita dibuat untuk saling menghujat,
mengumbar aib calon pemimpin kita dan mempermalukan bangsa kita sendiri.
Astaghfirulah....
Semalam ketika saya mendengar
dari salah satu teman FLP di WA FLP sedunia berkaitan dengan TPS 13 yang
diduga membuka TPS lagi, saya bisa jelaskan itu TIDAK BENAR, bahwa saat
itu saya tahu teman-teman saya di TPS 13 sedang membuat laporan
administrasi dan kemungkinan menghitung/ mencocokkan surat suara yang
telah terpakai, bukan membuka TPS lagi.Mengenai ada
oknum
yang mengatakan bahwa memperbolehkan masuk bagi pencoblos capres 1, hal
ini masih menjadi penyelidikan panitia. Yang pasti tidak ada TPS yang
dibuka kembali saat kami di demo, tidak ada satu TPS pun yang menerima
pemilih lagi setelah TPS ditutup.
Saya berharap BMI HK
yang sudah pintar dan cerdas semua, melek tehnologi ini tidak gampang
menjadi obyek yang di manfaatkan oknum-oknum dalam kancah politik ini.
Jangan mudah percaya dan menyebarkan hal yang anda sendiri tidak tahu
kebenarannya. Satu tambahan kalimat opini anda dalam menyebarkan berita,
itu adalah blunder dan bisa menjadi fitnah-fitnah baru yang siap
dimanfaatkan banyak pihak.Sekali lagi anggap saja ini curahan hati saya
sebagai salah satu petugas yang sama sekali tidak sempurna, tapi
tolonglah dimengerti bahwa kami seluruh Petugas PPLN HK sudah berusaha
semaksimal mungkin untuk mensukseskan PEMILU. sekali lagi mohon maaf
yang sebesar-besarnya bila masih banyak kekurangan di sana sini.
**UNTUK INDONESIA YANG LEBIH BAIK
Dhieny Megawati /Dian Tri Megawati
Petugas KPPSLN TPS 12
Sumber:
disini