Ingin pamer
Sok tahu
Merasa benar sendiri
Tak mau mengalah dan nggak mau kalah
Senang akan hal yang bersifat keduniawian (harta,dll)
Nggak suka kalau orang lain beroleh suatu kesenangan
Sulit berbagi dengan orang lain (alias pelit)
Ahh, begitulah tabiat manusia.
Dari kita semua pasti punya salah satu, dua, atau beberapa sifat di atas.
Akan tetapi, sejauh manakah kita mampu untuk menghilangkannya?
Kita harus mampu untuk mereduksi sifat buruk tersebut.
Kontrol dan mulailah untuk dihilangkan.
Asal disiplin, sedikit- sedikit lalu lama- lama kita akan terbiasa dengan sifat dan sikap yang lebih baik. :)
Jangan sampai, ketika melihat orang lain mendapat nikmat yang sama atau lebih baik dari kita, lalu diri kita menjadi panas. Merasa tersaingi. Dan tak mau kalah. Bahkan sampai hati malah mencari celah keburukan/ cacat dari kesenangan itu. Lalu kita sampaikan kejelekannya ke orang tersebut, demi menurunkan rasa senangnya.
Jangan sampai, ketika orang lain mendapat suatu kesenangan, bukannya kalimat selamat/turut berbahagia yang kita ucapkan pada mereka. Malah kalimat ejekan/hinaan atau sikap meremehkan yang kita perlihatkan. Atau prasangka buruk yang kita kedepankan. Jangan sampai.
Jangan sampai, kita merasa menjadi orang yang paling benar diantara yang lainnya. Pendapat orang lain kita tampik. Ide orang lain kita tolak. Jangan sampai diri ini diberi label "si anu yang keras kepala", "si yang sulit diberi masukan", atau "si.. si.. yang lainnya".
Jangan sampai, kita menjadi orang yang perhitungan sekali kepada orang lain. Kikir, pelit, bakhil, memegang harta terlalu erat dalam genggaman, atau apapun itu namanya. Mengapa kita sukar berbagi dengan orang lain? Mana yang lebih kita pilih dan kejar, harta atau pahala?
Jangan sampai, harta kita jadikan satu- satunya (hal utama) tolak ukur keberhasilan suatu kehidupan. Suka melihat siapa- siapa saja yang berhasil dalam hal keduniawian. Suka sekali bercerita tentang harta, harta, dan harta. Orang lain yang tiada berharta atau berada di bawah diri kita status ke-"harta"-annya, maka kita anggap ia gagal. Bahkan lebih parah, lalu kita remehkan dan tertawakan mereka. Naudzubillah...
Jangan sampai, kita mendongak terus ke atas tanpa sedikitpun melihat ke bawah. Mengapa enggan untuk melihat orang- orang yang nasibnya tak seberuntung kita? Dengan melihat ke bawah, mengajarkan kita untuk lebih bersyukur dan lebih arif memaknai hidup.
Aih jangan sampai, ketika kita melakukan sesuatu, inginnya dilihat orang lain. Kita bangga jika tampak wah dan serba lebih (bahkan terkadang sampai berlebihan dan cenderung dipaksakan. Ingin sekali pamer kepada orang lain, tapi akhirnya "dedel duel" karena terlampau berlebihan. Mengapa kita ingin sekali terlihat lebih di mata manusia? Paling baik jika kita berlomba- lomba untuk terlihat baik di hadapan Tuhan.
Dan jangan sampai, semua tabiat buruk di atas, ada semua dalam diri kita. Jangan sampai. Ahh, jangan sampai satu atau dua sifat tersebut kita pelihara terus menerus sampai nanti. Apalagi jika semua tabiat itu ada di dalam diri.
Jangan sampai orang lain yang justru lebih tahu dan paham akan sifat buruk yang ada pada diri kita. Jangan sampai orang lain terugikan karena tabiat buruk kita. Jangan sampai.
Semoga saya, anda, dan sahabat semua terhindar dari sifat buruk di atas. Jikalau ada, maka jangan dipelihara. Buang semua sifat/tabiat buruk, dan gantilah dengan menebar kebaikan.
Salam syuupeerr... ^_^
Semoga saya, anda, dan sahabat semua terhindar dari sifat buruk di atas. Jikalau ada, maka jangan dipelihara. Buang semua sifat/tabiat buruk, dan gantilah dengan menebar kebaikan.
Salam syuupeerr... ^_^
0 komentar:
Posting Komentar