9 dari 10 pintu rezeki ada dalam berdagang
Sudahkah anda berbisnis hari ini? :)
Ya, pekerjaan adalah suatu pilihan. Apakah ingin menjadi PNS atau pengusaha juga sebuah pilihan. Semua kembali ke pribadi masing- masing.
Namun jika menilik kalimat 9 dari 10 pintu rezeki ada dalam berdagang, maka bukantah sebaiknya kita mencoba melakoni profesi sebagai pedagang atau pengusaha saja? Jika sekarang ini anda adalah pengusaha/pedagang, maka saya ucapkan Selamat. Tapi kalau anda sekarang sudah jadi PNS, nggak ada salahnya juga lho untuk mencoba berdagang*ngomporin PNS* :D
Nah, dalam berdagang pun ada seni di dalamnya. Bagaimana menjadi pedagang yang jujur, adil, pun ada trik atau kuncinya. Dan ada seseorang (yang amat mulia) yang telah memberikan kita kunci sukses dalam berbisnis. Siapa lagi pedagang yang patut kita jadikan contoh? Siapa lagi pedagang yang memiliki kiat yang tidak hanya menyukseskan penjual tapi juga memuliakan pembeli?
Dialah Rasulullah SAW
Seperti yang telah kita ketahui, Rasulullah adalah sesosok manusia yang komplit. Selain sebagai seorang nabi dan rasul, beliau juga adalah seorang kepala negara yang baik, panglima perang yang kuat dan tangguh, serta seorang entrepreneur yang yang sukses dan disegani.
Permasalahan yang pernah dihadapi oleh Muhammad SAW saat itu sebenarnya sama dengan permasalahan yang sering dihadapi pengusaha- pengusaha di jaman sekarang. Ialah Keterbatasan Modal. Rasulullah pun pernah mengalaminya.
Akan tetapi berdagang adalah seni. Modal sebenarnya ialah jujur dan adil dalam menjalani transaksi. Kejujuran dan keadilan yang bisa kita contoh dari beliau, insyAlloh tak hanya membuat kita untung besar tapi juga menggapai kebarokahan rezeki dari Alloh SWT. “Yang menjadi number one capital dalam bisnis ala Rasulullah adalah
kepercayaan (trust) dan kompetensi,” kata pakar ekonomi syariah, Dr. Muhammad
Syafii Antonio, M.Ec.
1. Jujur
Muhammad SAW memiliki sebuah gelar yakni Al- Amin (yang dapat dipercaya). Gelar tersebut bukan hanya menjadi sebuah gelar biasa. Sifat Al- Amin menjadi sifat Rasulullah yang paten dan tercermin dalam kesehariannya, begitu pula dalam hal berdagang.
Ketika beliau menjadi agen Khadijah ra (yang lalu kelak menjadi istrinya), beliau sangat jujur. Pun begitu juga kepada pelanggannya. Beliau menjelaskan keunggulan serta kekurangan dari produk yang dimiliki. Kejujuran menjadi brand dari Rasulullah.
Bagi Rasulullah, meski mendapat keuntuntungan besar tapi tak jujur, maka perlahan tapi pasti kegagalan akan menghampiri. Rasulullah sangat memperhatikan aspek kejujuran dalam berdagang. Sampai- sampai orang yang jujur dalam berdagang digaransi masuk dalam golongan nabi.
Abu Sa’id meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata, “Saudagar yang jujur
dan dapat dipercaya akan dimasukkan dalam golongan para nabi,
orang-orang jujur dan para syuhada.”
Begitulah seharusnya kita sebagai pedagang. Apalagi di era keterbukaan kini. Praktek-praktek perdagangan yang mengandung unsur penipuan, riba, judi,
ketidakpastian dan meragukan, eksploitasi, pengambilan untung yang
berlebihan dan pasar gelap benar- benar sedang merajalela. Begitu banyak tantangan yang kita hadapi kini. Untuk menghadapinya dan agar tak terjerumus dalam perdagangan yang curang, sudah seharusnya kita mencontoh pribadi Rasulullah dalam menjalankan suatu usaha.
Di sekitar kita masih banyak pedagang (semoga bukan termasuk kita) yang tidak jujur dalam menyampaikan produk yang di jual. Barang KW dibilang bagus, barang dipreteli dulu sebelum dijual (diambil bagian yang bagus untuk ditukar dengan yang lebih jelek), barang dioplos dengan yang kualitasnya rendah, dan sebagainya. Mereka (yang curang) seolah tidak peduli dengan kerugian yang nantinya menimpa pembeli.
Hal- hal curang tersebut yang akan mengurangi kebarokahan rizki penjual. Padahal kejujuran dan keterbukaan Rasulullah dalam transaksi perdagangan sudah seharusnya menjadi teladan bagi para pengusaha. Kejujuran dan keterbukaan menjadi modal utama dan terbesar agar sukses berbisnis seperti Rasulullah.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda
من غشنا فليس منا
“Barang
siapa yang mencurangi kami, bukan dari pengikut kami” (HR. Muslim)
2. Bersikap baik kepada pembeli
Rasulullah sangat baik kepada pembeli. Benar kata pepatah bahwa pembeli adalah raja. Rasulullah benar- benar melayani pembeli dengan baik dan sepenuh hati. Beliau sampai tak rela jika pembeli sampai dirugikan karena ulah penjual.
Jabir meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata, “Rahmat Alloh atas orang-orang yang berbaik hati ketika ia menjual dan membeli, dan ketika dia membuat keputusan.” (HR Bukhari).
Bersikap baik kepada pembeli merupakan suatu sikap yang mulia. Jangan sampai pedagang sampai menyakiti hati bahkan sampai mendzalimi pembeli. Nggak mau kan didoakan yang nggak- nggak sama pembeli yang kecewa. Naudzubillah..
Bersikap baik kepada pembeli meliputi memberikan pelayanan yang baik, memberikan produk yang sesuai dengan yang ditawarkan ke pembeli, serta hindari bersumpah palsu dalam menjual barang serta untuk membela diri jika ada masalah dengan pembeli.
Seperti contoh berikut ini:
"Sumpah demi anak dan istri saya, saya ini jualan jujur lho Mas/Mba. Barang ini memang bagus... bla bla bla..."
"Sumpah demi keluarga saya, saya tuh selalu baik kepada pelanggan. Jika pelanggan baik maka saya akan 1000 kali lebih baik..."
Hindari bersumpah seperti hal di atas. Apalagi jika sumpahnya sumpah palsu hanya untuk menarik atau menyelesaikan masalah dengan pelanggan. Pelanggan yang cerdas tentu melihat kalimat di atas seperti laiknya kalimat alay dan nampak penuh kebohongan. Sekali lagi hindari bersumpah palsu demi mengelabuhi konsumen.
Tentang hal ini, nasehat Rasulullah,
“Hindarilah banyak bersumpah ketika melakukan transaksi dagang, sebab
itu dapat menghasilkan penjualan yang cepat, lalu menghapuskan berkah.” Nabi sangat membenci orang-orang yang
dalam dagangnya menggunakan sumpah palsu. Beliau mengatakan, pada hari
kiamat nanti, Allah tidak akan berbicara, melihatpun tidak kepada orang
yang semasa hidup berdagang dengan menggunakan sumpah palsu.
3. Memenuhi hak pembeli
Rasulullah selalu memenuhi hak pembeli. Beliau selalu memberikan produk pada pembeli sesuai dengan apa yang beliau tawarkan. Barang bagus/buruk ya dikatakan apa adanya dan dijual sesuai kualitas barang tersebut. Hal tersebut dilakukan agar tercapai kepuasan pelanggan dan agar tidak mengecewakan pelanggan.
Pemberian barang sesuai waktu yang telah disepakati juga menjadi salah satu hal dalam pemenuhan hak pembeli. Jangan sampai pembeli merasa dikecewakan karena barang berlarut- larut tak diserahkan kepadanya. Apalagi jika pembeli sudah membayar lunas tapi barang yang ia beli tak kunjung sampai kepadanya. Bisa jadi pembeli lalu kapok dan tak mau lagi membeli/berlangganan kembali.
Prof. Afzalul Rahman dalam buku
Muhammad A Trader, mengungkapkan :
Nabi Muhammad SAW adalah seorang
pedagang yang jujur dan adil (fairplay) dalam membuat perjanjian bisnis dan
tidak pernah membuat para pelanggannya mengeluh (komplain). Beliau selalu
menepati janjinya dan dalam menyerahkan/mengirimkan barang-barang pesanannya
selalu tepat waktu dan tetap mengutamakan kualitas barang yang telah dipesan
dan disepakati sebelumnya. Dalam berperilaku bisnis Beliau selalu menunjukkan
rasa penuh tanggung jawab dan memiliki integritas yang tinggi di mata siapapun.
Reputasi beliau sebagai seorang pedagang yang jujur dan adil telah dikenal luas
sejak beliau masih muda.
Begitulah beberapa hal yang Rasulullah tinggalkan kepada kita para ummatnya dalam hal berdagang/berbisnis. Sudah seharusnya kunci yang beliau tinggalkan bukan hanya menjadi sebuah kenang- kenangan belaka atau malah terlupakan. Sudah seharusnya kunci tersebut kita gunakan sebagai pegangan dalam berdagang.
Jika hal tersebut dapat dilakukan oleh semua pedagang, tentu tak ada kisah cyber crime, pedagang membawa lari uang pembeli, pembeli kecewa dan kapok membeli lagi, praktik curang di berbagai pelosok negeri, dan sebagainya.
Semoga kita senantiasa berpegang pada apa yang dicontohkan Rasulullah. Dan semoga Alloh senantiasa menunjukkan jalan yang benar bagi kita para pedagang/pengusaha/pebisnis. Aamiin.. :)
0 komentar:
Posting Komentar