pic source |
Boleh jadi kita dikaruniai kepahaman akan ilmu agama, kecerdasan, kecantikan/ketampanan, kekayaan, keshalihan, ketinggian derajat, kemahsyuran, dan beribu "kesempurnaan" yang lainnya. Kemudian kita terpesona atas apa yang kita peroleh itu. Bangga pada diri sendiri. Apalagi jika orang lain tahu (atau sengaja diberi tahu), agar mereka tahu dan kagum atas apa yang kita miliki itu. Dan lagi, dalam hati (meski kita mengingkari) muncul setitik perasaan ingin dinilai baik/istimewa oleh orang lain.
Ujub, meski itu teramat halus, tetaplah ujub. Entah itu dinampakkan
dalam dunia nyata maupun dunia maya. Jika di dunia nyata, terlihat jelas
bagaimana cara seorang yang berlaku ujub itu berbicara, berbusana atau
berperilaku. Akan nampak oleh penglihatan kita. Ada pula yang halus,
tidak nampak secara lahiriah, tapi ternyata di dalam hati ia telah
berlaku ujub. Lantas bagaimana dengan dunia maya?
Hampir sama dengan di dunia nyata. Ada perilaku ujub yang terang- terangan atau yang sangat halus. Dalam dunia maya, meskipun hanya update status atau upload foto, kita perlu berhati-hati akan perasaan bangga akan diri sendiri. Seringkali update status tapi di dalamnya mungkin tersirat bahwa "ini lho saya itu shalih, saya itu punya rumah mewah, saya itu punya mobil, saya itu punya istri shalihah dan cantik, saya itu....... ". Itu baru yang tersirat.
Ada lagi yang terang- terangan bangga atas apa yang kita punya. Sering terlontar sanjungan akan diri/pasangan/keluarga, agar orang lain kagum. Atau sering pula apa yang kita miliki (yang membuat kita bangga) terpampang pada layar facebook/twitter agar setiap orang memberi komentar dengan takjub atau minimal memberi jempol.
Berhati- hatilah.
Jangan sampai ujub (bahkan yang tetamat halus pun) menggelincirkan kita.
Rosulullah SAW bersabda, "Adapun tiga hal yang membinasakan itu adalah kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ujub (kekaguman) seseorang terhadap dirinya sendiri." (HR. Ath-Thabrani)
Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib: "Dan berhati-hatilah engkau dari sifat ujub dan berbangga kepada dirimu sendiri, dan percaya terhadap hal- hal yang membuatmu kagum dari padanya serta cinta menampakkan diri, karena hal itu adalah merupakan kesempatan yang paling baik bagi setan dengan dirinya untuk menghapuskan segala perbuatan- perbuatan atau kebaikan- kebaikan orang yang berbuat baik"
Wallahu a'lam bish-shawab.
.:: Ahh, duhai diri yang masih perlu banyak belajar ::.
Hampir sama dengan di dunia nyata. Ada perilaku ujub yang terang- terangan atau yang sangat halus. Dalam dunia maya, meskipun hanya update status atau upload foto, kita perlu berhati-hati akan perasaan bangga akan diri sendiri. Seringkali update status tapi di dalamnya mungkin tersirat bahwa "ini lho saya itu shalih, saya itu punya rumah mewah, saya itu punya mobil, saya itu punya istri shalihah dan cantik, saya itu....... ". Itu baru yang tersirat.
Ada lagi yang terang- terangan bangga atas apa yang kita punya. Sering terlontar sanjungan akan diri/pasangan/keluarga, agar orang lain kagum. Atau sering pula apa yang kita miliki (yang membuat kita bangga) terpampang pada layar facebook/twitter agar setiap orang memberi komentar dengan takjub atau minimal memberi jempol.
Berhati- hatilah.
Jangan sampai ujub (bahkan yang tetamat halus pun) menggelincirkan kita.
Rosulullah SAW bersabda, "Adapun tiga hal yang membinasakan itu adalah kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ujub (kekaguman) seseorang terhadap dirinya sendiri." (HR. Ath-Thabrani)
Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib: "Dan berhati-hatilah engkau dari sifat ujub dan berbangga kepada dirimu sendiri, dan percaya terhadap hal- hal yang membuatmu kagum dari padanya serta cinta menampakkan diri, karena hal itu adalah merupakan kesempatan yang paling baik bagi setan dengan dirinya untuk menghapuskan segala perbuatan- perbuatan atau kebaikan- kebaikan orang yang berbuat baik"
Wallahu a'lam bish-shawab.
.:: Ahh, duhai diri yang masih perlu banyak belajar ::.
0 komentar:
Posting Komentar