Film dan sinetron Indonesia saat ini lebih kurang seperti makanan ringan ch**i. Enak.. Tapi angin doang alias g ada isi nya. Nilai gizi juga kurang. Seperti itulah kira kira gambaran dunia perfilman di Indonesia dewasa kini. Banyak film dan sinetron yang kurang bahkan tidak ada nilai pendidikan yang diberikan. Malahan beragam pengaruh negatif juga secara tidak langsung diberikan.
Film Indonesia yang banyak menampilkan kemistisan, romantis picisan banyak yang "kopong" alias tak ada isi. Begitu pula dengan sinetron banyak yang hanya menampilkan sisi kehidupan remaja sehari hari yang biasanya di lebay lebay kan sekali. Sinetron kini lagi ngetrend menyajikan acara cinta cintaan remaja. Anak smp dan yang masih kecil saja (bahkan mungkin masih TK/SD) juga ada sinetronnya sendiri dan isinya juga cinta2an, sihir, bully mem-bully. Ahh, sungguh rasanya gemas sekali. Ingin rasanya membumihanguskan sinetron yang kurang mendidik di bumi Indonesia. Akibatnya jangan heran jika remaja Indonesia banyak yang sudah "dewasa" lebih cepat, kurang rasa hormat, maraknya budaya geng, dan kenakalan remaja lainnya.
Sekalipun ada sinetron yang ada unsur pendidikan bahkan agama, tapi ternyata lebay juga. Panjang berepisode episode, bahkan ketika ada konflik yang ditampilkan nantinya juga diperpanjang dan lama lama membosankan. Tapi kembali lagi untuk ber-positive thinking, pasti ada yang bagus di luaran sana (Semoga.. )
Tak berbeda jauh dengan sinetron, dunia film di Indonesia juga sebelas dua belas dengan sinetron. Film Indonesia cenderung menampilkan sisi horor erotis, cinta cintaan yang lebay yang juga bikin gregetan. Akan tetapi dunia perfilman agaknya lebih kreatif dan sedikit dibukakan matanya dibandingkan sinetron. Banyak film edukasi yang mendidik yang bisa kita pilih untuk jadi tontonan sekaligus memberikan teladan. Film Indonesia juga agaknya lebih "terselamatkan" dibanding sinetron.
Maka dari itulah, kembali lagi kepada diri kita selaku masyarakat, orang tua agar memfilter memilih dan memilah tontonan yang akan kita nikmati. Bukan hanya sekedar tontonan, tapi juga mampu memberikan tuntunan pada kita dan orang orang disekitar kita. Meski kecewa dengan produk lokal, semoga dengan ini kita dapat lebih berkarya (minimal mengapresiasi positif tontonan yang baik). Dan bagi pemain industri perfilman, mari berikan masyarakat kita tayangan yang mengedukasi.
Mari Maju Indonesia-ku.
0 komentar:
Posting Komentar