Bulan- bulan tertentu biasanya identik dengan yang namanya pernikahan. Contohnya seperti bulan Syawal. Undangan jagong manten biasanya bejibun. Tiap pekan pasti ada jadwal kondangan. Bahagia, sudah pasti. Karena banyak kawan yang sudah menggenapkan setengah dien. Teriring do'a untuk keluarga baru mereka. Sakinah mawaddah wa rahmah full barokah till Jannah. Aamiin. :)
Temen SMP, SMA, dan kuliah banyak yang udah nikah. Baik yang ngundang- ngundang ataupun diam- diam. Yang nikahnya diam- diam, kalau beberapa saat kemudian kita mendengarnya dari dia atau orang lain, seringnya kita pasti bilang, "Hah, udah nikah?? Lho kok nggak undang2..."
Ada 3 kemungkinan mengapa kita nggak tahu jika salah satu teman menikah:
- Undangan nggak sampai ke kita
- Emang dari sononya kita nggak diundang. Muehehehe
- Dia memang menikah diam- diam tanpa ada pesta resepsi alias walimahan. Jadi cuma akad aja. Itupun terbagi menjadi dua macam lagi yakni: nikah yang dicatatkan di KUA, ataupun tidak (nikah siri).
Postingan ini akan ngebahas yang poin ke-3, yakni pernikahan yang dilakukan diam- diam (baik nikah siri atau yang sah menurut undang- undang). Pernikahan diam- diam ini biasanya yang ikut mrnyaksikan ialah keluarga atau kerabat dekat saja. Tanpa undangan ke teman kantor, sekolah, dan mungkin juga tetangga.
Mengapa sih pernikahannya dirahasiakan?
Menurut saya nih ada beberapa faktor, diantaranya:
- Mungkin ia adalah seorang publik figur. Ada hal tertentu yang membuat pernikahannya tidak disiarkan. Ia takut jika karirnya turun (apalagi jika sedang naik daun) jika ada pemberitaan tentang dirinya yang telah menikah.
- Takut. Ya, takut saja. Takut ketahuan istri pertama jika ia menikah lagi. Hihihi. Padahal demi kemaslahatan dan kebahagiaan keluarga, seharusnya seorang pria yang berniat menikah lagi, harus memberi tahu istri- istrinya (dalam hal ini termasuk istri pertama). Syarat berpoligami ialah adil. Bagaimana seorang suami bisa adil kepada istri- istrinya jika hubungan kepada salah satu/beberapa istri dilakukan dengan diam- diam. Takut yang kedua yakni takut dipecat dari pekerjaan. Bisa jadi ia berstatus pegawai negeri yang notabene nggak boleh nikah lagi. Atau ia memiliki kontrak kerja dengan perusahaan yang mengharuskan ia tak boleh menikah dulu.
- Malu. Malu karena masih kuliah (belum ada gelar yang dicantumkan di undangan), malu karena (maaf) hamil di luar nikah, ataupun malu karena nggak punya banyak modal untuk nikah. Nggak punya banyak modal jadi nggak bisa ngadain pesta mewah atau ngundang banyak tamu. Kalau yg ini mah (malu nggak punya modal banyak) orang yang tipenya gengsian.
Aih, mengapa musti takut untuk mengabarkannya kepada orang banyak? Menurut saya sebuah pernikahan ya harus dikabar- kabarkan (disyiarkan) kepada orang lain. Entah ia seorang publik figur, masih berstatus mahasiswa, ataupun jika ia menikah lagi. Ketika ada kasus tertentu, seperti misalnya (maaf) kehamilan di luar nikah, mungkin akan ada pembicaraan internal keluarga terlebih dahulu mengenai pernikahan yang akan dilangsungkan.
Tapi nih, intinya jika itu kabar baik, sebaiknya disiarkan pernikahnnya. Dengan cara apa? Walimah. Atau istilah khususnya yakni makan- makan dalam pesta pernikahan/resepsi.
Rasulullah Saw bersabda kepada Abdurrahaman bin Auf: "Adakan walimah sekalipun dengan seekor kambing"
Dari Buraidah ia berkata: Ketika Ali melamar Fathimah, Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya harus, untuk pesta perkawinan ada walimah” (HR
Ahmad)
Di dalam Islam, sangat dianjurkan mengadakan walimah sebagai syiar pernikahan. Sederhana pun tak apa. Seperti sabda Rasulullah SAW, sekalipun dengan seekor kambing. Mengapa? Hal tersebut dianjurkan agar nantinya tak akan timbul masalah. Nah loh, masalah apa lagi sih?
Ilustrasi: Seumpama ada yang menika saat duduk di bangku kuliah. Sebut saja mas A dan mbak B. Awalnya mereka beda kos (ya iyalah). Tetapi saat menikah mereka menjadi... tetap beda kos. Hehehehe. Hal itu dilakukan karena mau menghabiskan jatah kos setaun dulu. Pan rugi soalnya udah bayar 1 tahun *evil smile. Sang suami kalau mau berangkat kuliah selalu menghampiri sang istri yang notabene berjilbab lebar. Dijemput dan diboncengkan. Sang istri pegangan pinggang suami dengan mesra.
Apa yang akan dibayangkan orang, terutama jika yang melihat juga sama- sama berjilbab lebar. Pasti mereka akan melotot, mulut ternganga, jantung berdebar- debar, terus ngabarin temen yang lain, terus tabayyun (kroscek). Itupun jika langsung kroscek. Terkadang malah ada yang melalui tahap yang (paling) menyakitkan yakni digunjingkan. Malah jadi fitnah.
Kasian dong Mas A dan Mbak B. Iya dong pastinya. Nah, itu juga karena mereka nggak menyiarkan kabar bahagia tentang pernikahan mereka.
Ilustrasi lain: Mas C dan Mbak D dikenal sebagai dua sejoli di kampus. Mereka memutuskan untuk menikah diam- diam dahulu. Nggak berapa lama Mbak D hamil. Gemparlah seantero jagad perkampusan. Diam- diam banyak yang ngomongin (baca: nggunjingin) Mbak D. Ya tentang ia hamil lah, siapa bapaknya lah, sampai pekerjaan Mbak D dipertanyakan. Dikira disamping kuliah, Mbak D juga bekerja sebagai (maaf) PSK. Nah loh *tepok jidat tetangga. Padahal kan bapak dari janin yang dikandung Mbak D ialah suaminya sendiri, Mas C. Fitnah lagi yang berkembang.
Ilustrasi yang lain lagi: Pak E menikah dengan Bu F, dikaruniai anak yang bernama Mas G. Diam- diam Pak E juga menikah dengan Bu H. Dan diakruniai anak Mbak I. Bertahun- tahun berlalu. Kabar Pak E yang menikah lagi juga tak diketahui oleh Bu F (istri pertama) sampai anak beranjak dewasa. Mas G dan Mbak I ternyata kuliah di tempat yang sama. Mas G sebagai senior/kakak angkatan Mbak I. Pas ospek, mereka saling jatuh cinta. Mas G dan Mbak I memutuskan untuk menjalin kisah kasih mereka sebagai sepasang kekasih. Tiba- tiba ada hal yang tak diinginkan terjadi. Apakah itu? Jeng jeng... Mbak I hamil karena Mas G. Pusing lah mereka. Sampailah mereka pada pertemuan keluarga. Terkuaklah kenyataan yang sebenarnya. Mas G dan Mbak I sebenarnya adalah... SAUDARA!
Arrghhhh.....................................
CUT!!!!!!!!!!!!!
Maaf, cerita di atas hanya akting saja. Mohon maaf jika ada kesamaan kejadian, nama, maupun lokasi. Hehehe. Tapi nih, ada juga lho yang benar- benar terjadi di kehidupan nyata.
Jadi nih ya, syiarkan pernikahanmu kepada yang lainnya. Adakan walimah, meski sederhana. Karena sejatinya berita tentang pernikahan merupakan kabar gembira. Nggak mau kan ada fitnah yang terjadi kemudian. Atau ada gunjang- gunjing nggak jelas tentang kita. Dan kalau berita pernikahan disyiarkan tentu ada banyak do'a yang baik yang mengalir untuk keluarga yang baru dibangun. :)
0 komentar:
Posting Komentar