Sebentar lagi Indonesia akan menyelenggarakan yang namanya pesta demokrasi. Diawali dengan dilaksanakannya pemilihan anggota legislatif kemudian pemilihan presiden. Tak ayal, pemilihan presiden pasti menyedot perhatian khusus setiap warga negara Indonesia. Berbagai wacana pun mulai bergulir. Dari banyaknya masyarakat yang mulai antipati terhadap pemerintah, siapakah yang mendekati karakteristik pemimpin ideal, hingga bagaimana nantinya mewujudkan tatanan negara yang bersih, adil, sejahtera, dan bebas korupsi.
Pencarian orang terbaik yang mendekati karakteristik pemimpin ideal pun sudah di mulai. Beberapa figur yang seperti itu mulai dicitrakan di media. Masyarakat pun dapat melihat langsung, membandingkan satu dengan yang lainnya, serta menilik track record calon presiden Indonesia. Namun sayangnya, saat ini banyak media yang subjektif dengan mewartakan berita yang merupakan 'titipan'. Maka dari itulah, pemilih diharuskan untuk mencermati lebih dalam seluk beluk para calon pemimpin bangsa.
Unsur kepemimpinan adalah unsur yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan. Sudah merupakan fitrah manusia untuk membentuk kelompok. Dalam sebuah kelompok selalu dibutuhkan seorang pemimpin. Pun begitu pula dalam tatanan kenegaraan. Dibutuhkan seorang pemimpin untuk memimpin negara. Pemimpinlah yang nantinya mengatur dan menyatukan. Sejarah membuktikan bahwa kepemimpinan yang dicontohkan Islam merupakan kepemimpinan dengan model terbaik. Contoh nyatanya adalah orang teragung sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW. Berkat kepemimpinan yang hebat dari Rasulullah, pasukan Arab yang semula kecil menjadi salah satu pasukan yang cukup kuat serta disegani bangsa lain.
Berikut merupakan pengakuan salah satu tokoh, yakni Mahatma Gandhi, terhadap jiwa kepemimpinan Nabi Muhammad SAW:
"Pernah saya bertanya-tanya siapakah tokoh
yang paling mempengaruhi manusia... Saya lebih dari yakin bahwa bukan pedanglah
yang memberikan kebesaran pada Islam pada masanya. Tapi ia datang dari
kesederhanaan, kebersahajaan, kehati-hatian Muhammad; serta pengabdian luar
biasa kepada teman dan pengikutnya, tekadnya, keberaniannya, serta keyakinannya
pada Tuhan dan tugasnya. Semua ini (dan bukan pedang ) menyingkirkan segala
halangan.."
Indonesia merupakan sebuah negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Islam di Indonesia merupakan mayoritas terbesar umat Muslim di dunia. Ada sekitar 85,2% atau 199.959.285 jiwa dari total 234.693.997 jiwa penduduk (sumber: disini). Saat ini bahkan jumlah umat Islam di Indonesia merupakan yang terbanyak di antara negara- negara di dunia. Meski Indonesia mayoritas penduduknya ialah muslim, tapi bentuk praktik politik Islam di Indonesia ialah tidak secara legal- formal menjadikan Islam sebagai dasar negara.
Dalam prinsip politik Islam, terutama terkait dengan kepemimpinan,
pemimpin ialah yang bukan orang kafir, dapat diterima ummat, yang
mengerti status kepemimpinannya ialah amanah dari Alloh, serta yang
memperhatikan kepentingan kaum muslim. Pemimpinlah yang menentukan
perjalanan ummatnya. Apabila sebuah jama'ah memiliki
seorang pemimpin yang prima, produktif dan cakap dalam pengembangan dan
pembangkitan daya juang dan kreativitas amaliyah, maka dapat dipastikan
perjalanan ummatnya akan mencapai titik keberhasilan. Kepemimpinan dalam Islam merupakan sebuah proses dalam memberikan keteladanan pada orang lain. Keteladanan ini dapat dilihat dari sikap dan perilaku seorang pemimpin.
Maka dari itulah, kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sudah seharusnya dijadikan kriteria ideal dalam mencari seorang pemimpin bagi penduduk muslim Indonesia. Kepemimpinan Islami yang seharusnya menjadi prasyarat utama dalam menyeleksi calon pemimpin bangsa ini.
Untuk lebih jauhnya, bagaimanakah konsep Kepemimpinan Islami itu? Bagaimanakah sifat- sifat pemimpin ideal itu?
- Bertaqwa kepada Alloh SWT dan beramal sholeh. Pemimpin yang selalu menjalankan perintah Alloh dan menjauhi laranganNya tentu saja jelas lebih menentramkan. Serta ia juga mengamalkan keimanan dalam bentuk amal sholeh.
- Laki- Laki. “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Oleh karena Alloh telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Alloh lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Alloh telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Alloh Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. An Nisaa’:34). Bagaimana dengan Ratu Bilqis yang memimpin negeri Saba’? Ratu Balqis menjadi kepala negara, jauh sebelum dia mengenal Islam.
- STAF (Shiddiq, Tabligh, Amanah, dan Fathonah). Seorang Shiddiq ialah yang sanggup berkata jujur. Tabligh artinya menyampaikan. Pemimpin yang baik seharusnya menyampaikan informasi apa yang ia punyai. Seorang pemimpin juga tak boleh menutup diri ketika dibutiuhkan rakyatnya. Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin atau pemerintah yang menutup pintunya terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup pintu-pintu langit terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinannya.” (Riwayat Imam Ahmad dan At-Tirmidzi). Amanah artinya dapat dipercaya. Dan Fathonah artinya cerdas, cermat, tepat menentukan tindakan, mampu membaca keadaan, dan memahami permasalahan.
- Tegas dan teguh pendirian. Seorang pemimpin tidak boleh lemah dan ragu. Rasulullah selalu tegas dalam membela agama Islam, tidak tergoda dengan rayuan dan sogokan.
- Tidak meminta Jabatan. Rasulullah bersabda, ”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
- Memutuskan perkara dengan adil. Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir).
- Lemah lembut. Rasulullah SAW terkenal dengan sifatnya yang ramah, halus tutur katanya, tidak menyinggung perasaan orang lain.
- Berpegang pada hukum Alloh. Alloh berfirman, ”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (QS. Al-Maaidah:49).
Itu tadi diantaranya ciri kepemimpinan Islami. Pemimpin itu merupakan pelayan ummat. Namun yang sangat disayangkan ialah masih banyak pemimpin yang menganggap bahwa dialah yang harus dilayani oleh rakyat. Pada era kini, kita dapat menyaksikan pemimpin yang berperilaku sewenang-wenang, doyan korupsi, hobi perang, gila jabatan, dan perilaku negatif lainnya. Cukup sulit mencari pemimpin yang sempurna. Bukan sempurna karena pencitraan di media. Tapi sempurna mendekati sifat atau ciri kepemimpinan Islami yang telah disebutkan di atas.
Sejatinya agama Islam memandang bahwa kepemimpinan
memiliki posisi yang strategis dalam terwujudnya masyarakat yang berada di dalam Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur (QS. Saba’:15). Yakni masyarakat Islami yang dalam sistem kehidupannya menerapkan
prinsip-prinsip Islam. Dengan adanya kepemimpinan Islami, maka diharapkan menjadi pemercepat terciptanya tatanan masyarakat madani. Apa itu masyarakat madani?
Menurut Bahasa Arab, madani berasal dari kata madaniy. Kata madaniy berakar dari kata madana berarti mendiami, tinggal, atau membangun. Kemudian berubah istilah menjadi madaniy yang berarti beradab, orang kota, orang sipil, dan yang bersifat sipil atau perdata. Sedangkan menurut Bahasa Inggris, madani berarti juga civil society atau madinan society (masyarakat sipil). Jika ditarik garis besarnya, masyarakat madani yaitu masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai peradaban. Dalam definisi lain menyebutkan bahwa referensi masyarakat madani ada pada kota Madinah. Madinah merupakan sebuah kota yang sebelumnya bernama Yastrib di wilayah Arab, di mana
masyarakat Islam di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW di masa lalu
pernah membangun peradaban tinggi.
Masyarakat madani adalah sebuah masyarakat dimana bangunan masyarakatnya tidak didasarkan pada strata. Anggotanya menyadari adanya hak dan kewajibannya dalam menyatakan pendapat dan mewujudkan kepentingan. Pemerintah memberikan akses seluas- luasnya bagi masyarakat untuk mewujudkan program di wilayah masing- masing. Masyarakat madani bukanlah masyarakat yang instan atau langsung sekali jadi. Masyarakat madani ialah masyarakat yang dibentuk dari proses yang panjang dan perjuangan yang berkelanjutan. Masyarakat madani yang dahulu dibangun oleh Nabi Muhammad SAW memiliki ciri-ciri penghargaan kepada manusia berdasarkan prestasi
(bukan prestise seperti keturunan, kesukuan, ras, dan lain-lain), keterbukaan partisipasi seluruh masyarakat, dan penentuan kepemimpinan melalui pemilihan bukan berdasarkan keturunan.
Masyarakat madani sebagai masyarakat yang ideal juga memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Berakhlak mulia
- Berperadaban tinggi
- Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial
- Toleran
- Damai
Untuk mencapai kondisi ideal seperti di atas, maka diperlukan beberapa prasyarat yakni:
- Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.
- Tolong- menolong tapi tetap tidak mencampuri urusan individu masing- masing
- Terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial
- Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-lembaga ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial.
- Adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan-jaringan kemasyarakatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antar mereka secara teratur, terbuka dan terpercaya.
Masyarakat madani memerlukan adanya pribadi-pribadi yang berkeadilan. Ketulusan jiwa itu hanya
terwujud jika beriman terhadap
Alloh. Masyarakat madani akan terwujud jika ummat Islam bergerak bersama- sama, saling membantu, melindungi, mendukung, bukan
malah saling menyerang atau menghancurkan. Bagaimana jika kita bandingkan dengan realita kondisi Indonesia saat ini? Indonesia sudah memiliki perangkat untuk menuju masyarakat madani, yakni berupa UUD 1945, bahasa Indonesia, dan Pancasila. Jika mulai dari pemerintah dapat menjalankan mandat Pancasila dan UUD 1945, maka bukan tak mungkin dapat tercipta tatanan masyarakat Indonesia yang semakin dekat menuju ke arah masyarakat madani.
Namun sayang, sampai saat ini, cita- cita masyarakat madani belum sepenuhnya terwujud. Seandainya saja pemerintah mau untuk menjalankan pemerintahan dengan baik, bersih, memberi contoh masyarakat dengan tauladan yang baik, tidak korupsi, ataupun tidak membuat kasus di sana- sini. Pasti cita- cita menuju tatanan masyarakat akan madani terwujud dengan lebih cepat.
Itu menjadi PR untuk kita semua. Melalui momentum Pemilu Legislatif dan Presiden 2014, diharapkan seluruh warga negara Indonesia dapat berpartisipasi. Masyarakat hendaknya memilih wakil rakyat serta pemimpin yang mendekati karakteristik ideal versi Islam serta yang mampu memberikan sebuah kepemimpinan Islami. Hal tersebut dalam rangka membantu mempercepat terwujudnya cita- cita masyarakat yang madani di Indonesia tercinta.
Artikel ini sebagai postingan yang diikutkan dalam Lomba Blog Dakwah se- Nasional
0 komentar:
Posting Komentar