Aku terbangun dari tidurku dengan peluh membasahi seluruh tubuh. Kaos yang kupakai semalam sepertinya basah oleh ompolku, eh keringatku. Tiba- tiba ada bau yang menyengat menyergap hidungku. Bau yang kukenal sekali. Aha, bau terasi campur ikan asin. Tapi darimanakah sumbernya? Kulirik Mitsy kucingku, yang masih tidur di kursi malas di sebelah ranjangku. Aku segera beranjak dari ranjang. Kuendus- endus sekitar mulut Mitsy. Mungkin ia semalam makan ikan asin atau entah apapun itu. Tapi kurasa tidak. Mitsy tidak bau. Hidungku masih mengendus- endus mencari bau yang nggak hilang- hilang itu. Heiii, aku menemukannya. Ternyata itu bau badanku sendiri. :D
Heran deh, semalem aku abis ngapain sih. Sekarang kok jadi bau sekali.
*******
Wuzzzzzz...... wuzzzzzz..... wuzzzz.....
Angin kencang menampar- nampar wajah cantikku (maaaf, aku emang mak- mak narsis). Jilbab dan gamisku berkibar- kibar nggak menentu. Kulihat ke belakangku, ahhh, Badai Gurun!
Bergegas aku ambil langkah seribu. Ku lihat sedikit lagi aku sampai di gedung pencakar langit yang berdiri kokoh di seberangku. Ayo, cepat.. cepat. Aku kembali menengok ke belakang. Kulihat gulungan pasir raksasa mirip gulungan ombak besar di pantai. Glekk. Jangan sampai aku tertelan olehnya.
Sedikit lagi. Dan.. sampailah aku di gedung super tinggi ini. Selamat datang kembali di Burj Khalifa!
Ya, aku tengah menginap di salah satu kamar di sini. Barusan aku dari membeli makanan di luar. Entah mengapa aku memilih membelinya di luar. Padahal fasilitas restoran sudah ada di bangunan ini. Ah sudahlah. Yang penting aku sudah sampai di dalam. Kini aku berada di dalam lift menuju kamarku di lantai 130. Meski sudah kena AC, aku tetap masih ngos- ngosan akibat lomba lari dengan gulungan badai gurun tadi.
Lamat- lamat kuperhatikan bungkusan yang kubawa tadi. Anehnya aku lupa dengan apa yang kubeli. Kenapa bungkusnya minyakan gini ya. Kubuka perlahan- lahan bungkusan itu (mungkin lebih tepatnya disebut kresek kali ya). Dan... taraaaa... Bujubune... Ternyata gorengan sodara- sodara. Ada gorengan singkong, pisang, bala- bala (bakwan), dan tempe. Lengkap dengan cabe rawitnya.
Belum habis rasa heranku, pintu lift lalu terbuka. Bukannya melangkahkan kakiku keluar lift, aku malah diam di tempat. Aku dibuat terpana dengan mulut melongo. Kukucek- kucek mataku. Aman, nggak ada belek. Ku pejamkan sejenak lalu ku buka mata lagi. Pejam lagi, buka lagi. Tetap sama, tak merubah suasana khas di depan mataku.
Seharusnya di hadapanku itu koridor hotel tempatku menginap. Tapi entah mengapa aku kini berdiri di pintu masuk ruang makan yang besar sekali. Dihiasi lilin- lilin yang super duper banyaknya. Bukan di atas meja. Tapi tepat di atasnya, melayang di bawah langit- langit ruangan. Suasananya nggak asing lagi. Apalagi ruang makan itu riuh rendah oleh banyak suara.
Tapi karena aku ngerasa takut, ku undurkan kakiku ke belakang. Tanganku refleks hendak meraih tombol lift. Tapi... eits, tombolnya hilang!
Liftnya juga hilang!
Aku berdiri di dekat pintu biasa ternyata. Hei, kemana perginya lift yang tadi?
Dan ada yang aneh dengan bajuku. Kuperhatikan dengan seksama. Bajuku telah berubah menjadi sama dengan orang- orang di dalam ruang makan itu. Lengkap dengan tongkat aneh yang berada di tanganku. Kurasa bungkusan gorengan tadi telah berubah menjadi tongkat sihir.
Ya, aku kini berada di ruang makan Hogwarts. Sekolah sihir Harry Potter.
Woowww... Aneh.. Hehehe...
Karena perut udah keroncongan dari tadi. Tak ayal aku masuk ke ruang makan besar itu. Soalnya niat mau makan gorengan sesampainya di kamar hotel tadi pupus sudah. Gorengannya sudah berubah jadi tongkat sihir. Meski aneh juga sih, tadi kenapa di Dubai aku malah beli gorengan.
Setelah acara makan malam selesai, tiba- tiba kucingku Mitsy muncul di atas meja. Kaget aku dibuatnya. Segera Mitsy kuraih dengan tanganku. Tapi sebelum tanganku berhasil meraihnya, ia sudah lari ke luar ruang makan. Kuikuti dia. Dia berjalan pelan, aku juga pelan. Dia lari, aku lari. Lama- lama ngos- ngosan lagi nih aku. Seragamku sudah basah karena banjir keringat.
Setibanya di luar gedung sekolah, aku di hadapkan pada tempat yang lain lagi. Tempat itu tak asing lagi.
Dan aku tengah berada di... brrrrr... kok adem bener..
Ahh, aku sedang berada di Schilthorn!
Schilthorn adalah sebuah tempat tertinggi di dunia di Pegunungan Alpen Bernese Swiss. Diselimuti salju abadi yang tak pernah meleleh.
Wuah, asyiknya aku dapat bermain salju...
Aku asyik membuat bola- bola salju untuk menyusun boneka salju. Dan aku asyik merasai salju. Membayangkan bagaimana jika kutaruh di atas tatakan gelas lalu ku sirami dengan sirup cocopandan. Tenang saja, aku hanya membayangkan saja kok. -_-
Hihihi. Empuk sekali ya salju itu. Sambil rebahan, aku menikmati dingin dan lembutnya salju. Mungkin aku tertidur di atas tumpukan salju.
*******
Sumber: di sini |
Ya, aku tengah menginap di salah satu kamar di sini. Barusan aku dari membeli makanan di luar. Entah mengapa aku memilih membelinya di luar. Padahal fasilitas restoran sudah ada di bangunan ini. Ah sudahlah. Yang penting aku sudah sampai di dalam. Kini aku berada di dalam lift menuju kamarku di lantai 130. Meski sudah kena AC, aku tetap masih ngos- ngosan akibat lomba lari dengan gulungan badai gurun tadi.
Lamat- lamat kuperhatikan bungkusan yang kubawa tadi. Anehnya aku lupa dengan apa yang kubeli. Kenapa bungkusnya minyakan gini ya. Kubuka perlahan- lahan bungkusan itu (mungkin lebih tepatnya disebut kresek kali ya). Dan... taraaaa... Bujubune... Ternyata gorengan sodara- sodara. Ada gorengan singkong, pisang, bala- bala (bakwan), dan tempe. Lengkap dengan cabe rawitnya.
Belum habis rasa heranku, pintu lift lalu terbuka. Bukannya melangkahkan kakiku keluar lift, aku malah diam di tempat. Aku dibuat terpana dengan mulut melongo. Kukucek- kucek mataku. Aman, nggak ada belek. Ku pejamkan sejenak lalu ku buka mata lagi. Pejam lagi, buka lagi. Tetap sama, tak merubah suasana khas di depan mataku.
Seharusnya di hadapanku itu koridor hotel tempatku menginap. Tapi entah mengapa aku kini berdiri di pintu masuk ruang makan yang besar sekali. Dihiasi lilin- lilin yang super duper banyaknya. Bukan di atas meja. Tapi tepat di atasnya, melayang di bawah langit- langit ruangan. Suasananya nggak asing lagi. Apalagi ruang makan itu riuh rendah oleh banyak suara.
Tapi karena aku ngerasa takut, ku undurkan kakiku ke belakang. Tanganku refleks hendak meraih tombol lift. Tapi... eits, tombolnya hilang!
Liftnya juga hilang!
Aku berdiri di dekat pintu biasa ternyata. Hei, kemana perginya lift yang tadi?
Dan ada yang aneh dengan bajuku. Kuperhatikan dengan seksama. Bajuku telah berubah menjadi sama dengan orang- orang di dalam ruang makan itu. Lengkap dengan tongkat aneh yang berada di tanganku. Kurasa bungkusan gorengan tadi telah berubah menjadi tongkat sihir.
Ya, aku kini berada di ruang makan Hogwarts. Sekolah sihir Harry Potter.
Sumber: di sini |
Karena perut udah keroncongan dari tadi. Tak ayal aku masuk ke ruang makan besar itu. Soalnya niat mau makan gorengan sesampainya di kamar hotel tadi pupus sudah. Gorengannya sudah berubah jadi tongkat sihir. Meski aneh juga sih, tadi kenapa di Dubai aku malah beli gorengan.
Setelah acara makan malam selesai, tiba- tiba kucingku Mitsy muncul di atas meja. Kaget aku dibuatnya. Segera Mitsy kuraih dengan tanganku. Tapi sebelum tanganku berhasil meraihnya, ia sudah lari ke luar ruang makan. Kuikuti dia. Dia berjalan pelan, aku juga pelan. Dia lari, aku lari. Lama- lama ngos- ngosan lagi nih aku. Seragamku sudah basah karena banjir keringat.
Setibanya di luar gedung sekolah, aku di hadapkan pada tempat yang lain lagi. Tempat itu tak asing lagi.
Dan aku tengah berada di... brrrrr... kok adem bener..
Ahh, aku sedang berada di Schilthorn!
Schilthorn adalah sebuah tempat tertinggi di dunia di Pegunungan Alpen Bernese Swiss. Diselimuti salju abadi yang tak pernah meleleh.
Sumber: di sini |
Aku asyik membuat bola- bola salju untuk menyusun boneka salju. Dan aku asyik merasai salju. Membayangkan bagaimana jika kutaruh di atas tatakan gelas lalu ku sirami dengan sirup cocopandan. Tenang saja, aku hanya membayangkan saja kok. -_-
Hihihi. Empuk sekali ya salju itu. Sambil rebahan, aku menikmati dingin dan lembutnya salju. Mungkin aku tertidur di atas tumpukan salju.
*******
Hoammm...
Kusingkap tirai yang menutup jendelaku. Lalu kubuka jendela. Sambil bertopang dagu, aku mengingat- ingat kejadian semalam. Berpetualang di Dubai, Hogwarts, dan kawasan Pegunungan Alpen. Pantas saja bangun- bangun aku jadi berpeluh ria. Ternyata ada scene lari- larian di sana. Hehehe.
Kusingkap tirai yang menutup jendelaku. Lalu kubuka jendela. Sambil bertopang dagu, aku mengingat- ingat kejadian semalam. Berpetualang di Dubai, Hogwarts, dan kawasan Pegunungan Alpen. Pantas saja bangun- bangun aku jadi berpeluh ria. Ternyata ada scene lari- larian di sana. Hehehe.
Tapi... semua itu ternyata hanya ada di bunga tidurku.
Ah, tak apa. Mimpi yang indah kok. Kelak, pasti akan terwujud. Optimis!
Tulisan ini sebagai postingan yang diikutkan dalam Giveaway nya Mak Indah Nuria #MyDreamyVacation
Sumber: di sini |
0 komentar:
Posting Komentar